Sunday, February 3, 2013

Aku dan Mama('k) ku

Wanita ulet dan tak gampang menyerah dan amat sangat mengutamakan keluarga terutama anak-anaknya, itulah mamak. "Apa pun" akan dilakukan mamak untuk kami anak-anaknya. Di antara ketiga kami anaknya, aku mungkin yang paling banyak merasakan perjuangan kasih mamak. Dari hari aku lahir aku sudah menyusahkan mamak dengan sakit penyakitku. Menderita asma semenjak dari bayi bahkan susuku sekalipun harus dengan resep dokter, mamak pontang-panting untuk merawatku . Perubahan cuaca sedikit saja sudah langsung membuat penyakitku kambuh.  Berbagai cara dan info dari segala sumber dilakukan mamak untuk kesembuhanku. Air batang lengkuas yang dibakar, kemudian daging kalong, kucing juga sempat menjadi tumbal, bahkan sampai yang namanya kelabang sudah pernah kurasakan demi kesembuhanku. Air mata, keringat, bahkan darah sudah diberikan untukku. Mungkin dari segala pengalaman itu meresap semua kasih mamak dalam ingatan bukan cuma otak, bahkan sampai ke sumsum tulang belakang, sehingga aku selalu tau, mamak sayang sama kami, sayang sama ku.

Tapi betapapun kami semua saling menyayangi, bukan berarti selalu tenang dan selalu sependapat. Dan diantara kami bertiga sepertinya aku adalah yang paling banyak berbeda pendapat, dengan mamak, bahkan dengan kakak dan adekku. Perbedaan terletak dari cara berpikir dan sudut pandang. Bisa dikatakan mamak dengan segala pengalaman hidupnya, lebih fokus pada hasil, namun aku tidak , hasil yang sama dengan cara yang berbeda adalah suatu perbedaan bagiku. Sebagian hal yang dianggap penting oleh mamak tak jarang aku anggap tidak penting, demikian juga sebaliknya. Ditambah aku bukan tipe orang yang sering bermulut manis, kalau aku tak setuju aku bilang tidak, aku lebih memilih tidak menjawab dari pada harus berbohong dengan manis untuk menjaga perasaan.

Saat berdialog tak jarang perbedaan pendapat muncul, kalau tidak suka aku katakan tak suka, kalau sakit aku katakan sakit, kalau sehat aku katakan sehat. Bagiku dengan demikian tidak akan menimbulkan praduga yang tak perlu yang akan menjadi tambahan pikiran. Berbeda dengan mamak, terkadang mamak mengatakan semua baik-baik saja padahal tidak supaya aku tidak khawatir. Ini salah satu contoh perbedaan tadi, bagiku itu tidak baik, karena pada saat aku mengetahui faktanya maka akan membuatku berpikir dan menduga-duga saat kabar "baik-baik" saja berikutnya. Sejalan dengan itu aku terkadang kesal, karena harus mengulangi kalimat yang sama yang mengatakan aku baik-baik saja, karena mamak sering tidak langsung percaya. Mungkin karena sejarah sakit penyakitku dan segala kelemahanku, membuat mamak khawatir sedikit berlebihan.

Ada satu topik yang saat ini menjadi trending topik dalam pembicaraan dengan mamak. Topik klasik, yang sampai sekarang masih belum ada titik temu yang pas. Seperti biasa fokus, cara pandang dan berpikir yang berbeda, itu intinya. Tapi sekalipun belum dapat titik temu, aku selalu ingat, mamak sayang aku, aku pun juga sama.